Tuesday 14 July 2015

Pendidikan Multikultural : Kewajiban atau Kebutuhan?

Pendidikan Multikultural Berbasis REF (Respect, Excellent, Friendship) Sebagai Upaya Menjaga Stabilitas Pendidikan Nasional dan Global

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat menjadi bagian dari proses pembangunan nasional. Oleh karena itu, bangsa yang maju dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Posisi Indonesia sebagai poros perkembangan global, khususnya di wilayah Asia Tenggara, membuat arus globalisasi dengan deras menerpa bangsa Indonesia. Efek derasnya arus globalisasi ini salah satunya adalah berubahnya paradigma pendidikan Indonesia. Paradigma pendidikan Indonesia lebih mengarah pada mengajarkan anak untuk berfikir daripada apa yang seharusnya dipikirkan oleh setiap anak.
Akibat dari perubahan paradigma ini, maka pendidikan Indonesia cenderung untuk mengharuskan anak-anak menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan yang terdistribusi dengan tidak merata dibandingkan dengan menguasai salah satu ilmu pengetahuan yang difokuskan. Hal ini membuat pelajar di Indonesia tidak menyadari, bahwa, dalam pengetahuan yang diterimanya terdapat berbagai interpretasi yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu. Sehingga, dalam pelaksanaanya akan menimbulkan berbagai macam perbedaan. Sebagian besar pelajar Indonesia tidak terbiasa menerima perbedaan-perbedaan tersebut. Pelajar Indonesia menjadi terkesan individualis dalam mengejar prestasi, ditambah kurikulum pendidikan Indonesia yang secara tersirat masih menerapkan kecerdasan sebagai ukuran utama keberhasilan pendidikan menyebabkan pelajar Indonesia berlomba-lomba untuk menjadi yang paling cerdas dalam lingkungan belajarnya.
Untuk itu, sebuah pendidikan multikultural diperlukan untuk memfasilitasi pelajar Indonesia dalam menyadarkan perubahan paradigma pendidikan yang sedang dialaminya. Pendidikan multikultural ini memberikan makna kepada kita, bahwa dalam setiap penyelenggaraan pendidikan harus memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada seluruh anak bangsa, baik secara etnis, gender, fisik, dan religi. Pendidikan multikultural ini akan menyadarkan kita semua, bahwa secara tersirat, tujuan utama dalam proses pendidikan adalah kolaborasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itulah pendidikan multikultural sangat diperlukan. Pendidikan multikultural yang dapat membantu bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan pendidikan nasional harus menganut pada tiga asas, yaitu respect, excellent, and friendship.
Respect atau yang dapat kita maknai sebagai rasa saling menghormati dan menghargai ini merupakan salah satu asas yang harus diterapkan dalam setiap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia sudah dimulai sejak dini atau lebih dikenal dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Satu hal yang menarik dari PAUD ini adalah kurang atau bahkan tidak ditanamkannya pendidikan multikultural yang berasaskan respect kepada anak-anak. Seperti yang kita ketahui, anak-anak usia dini (3-5 tahun) sedang dalam tahap perkembangan kepribadian. Penting bagi setiap stakeholder pendidikan Indonesia untuk secara serius dan terbuka mengakui bahwa PAUD yang ada saat ini bertujuan untuk menyiapkan anak masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bukan untuk menanamkan karakter pada anak tersebut. Akibatnya, kurikulum yang direncanakan untuk pendidikan karakter pun tidak akan pernah tercapai.
Ketika anak-anak usia dini diberikan pendidikan multikultural yang berasaskan respect ini, maka anak akan terbiasa dan menyadari bahwa pendidikan itu merupakan milik seluruh bangsa bukan milik dirinya sendiri. Sifat respect ini akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Pada akhirnya, pendidikan Indonesia ini akan menghasilkan generasi yang saling menghargai dan menghormati antar bangsa, bahkan ketika asas respect ini tumbuh menjadi sebuah kepribadian, maka mereka akan secara naluriah berkolaborasi untuk bersama membangun peradaban yang maju, baik secara regional maupun global.
Excellent atau yang dapat kita maknai sebagai rasa berjuang sampai titik darah penghabisan ini merupakan asas lainnya yang harus diterapkan dalam melaksanakan pendidikan multikultural. Sama seperti sifat respect, sifat excellent ini juga harus diterapkan sejak PAUD. Dengan memahami dan memaknai kedua sifat tersebut maka anak-anak akan menyadari bahwa segala sesuatu tidak dapat diperoleh atau dicapai secara instan, semua harus dilakukan dengan penuh perjuangan dengan cara berkolaborasi. Dengan pendidikan multikultural yang berbasis pada asas excellent ini, maka para pelaku pendidikan Indonesia akan sadar bahwa segala perbedaan yang ada dalam pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah proses untuk menciptakan sebuah peradaban yang lebih baik.
Semangat perjuangan yang dimiliki anak-anak Indonesia melalui pendidikan multikultural berasaskan excellent ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan dan pembangunan nasional. Sejalan dengan perkembangan dan pembangunan nasional tersebut, semangat perjuangan ini akan dibawa oleh bangsa Indonesia untuk menjalin kolaborasi dengan bangsa-bangsa lain baik ditingkat regional maupun dunia, semangat perjuangan ini akan membuat hubungan yang baik dengan bangsa-bangsa di dunia.
Friendship atau yang dapat kita maknai sebagai rasa persahabatan ini merupakan asas terakhir yang harus ada dalam setiap pelaksanaan pendidikan multikultural di Indonesia. Dengan rasa persahabatan yang tinggi maka pendidikan di Indonesia tidak akan mengenal yang namanya persaingan. Namun, yang akan dikenal adalah semangat perjuangan untuk bersama mewujudkan cita-cita bangsa, berkolaborasi dengan rasa saling menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada untuk membangun peradaban yang lebih maju, dan menciptakan stabilitas nasional yang kuat dan kokoh.
Pendidikan multikultural berbasis REF tersebut dapat membuat paradigma pendidikan Indonesia menjadi lebih maju dan lebih segar. Dengan REF, tidak akan ada lagi kasus-kasus seperti perkelahian antar pelajar, ataupun kecurangan saat ujian, karena REF ini memfasilitasi anak-anak Indonesia untuk menyadari perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap manusia, baik gender, ras, etnis, religi, maupun tingkat kecerdasan. Pendidikan multikultural ini akan berhasil apabila diterapkan pada PAUD. Butuh waktu 5,10, atau bahkan 20 tahun untuk dapat menikmati buah keberhasilan penerapan pendidikan multikultural berbasis REF ini, karena kita saat ini percaya bahwa pendidikan tidaklah instan, segala sesuatunya merupakan sebuah proses berkelanjutan.
Setelah program pendidikan multikultural berbasis REF ini mampu diterapkan dengan baik dan benar di Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya, dengan rasa saling menghargai, dengan semangat perjuangan yang tinggi, serta dengan persahabatan yang kuat akan membawa bangsa Indonesia kepada peradaban yang lebih maju. Selain itu, dengan REF ini akan maka stabilitas pendidikan nasional Indonesia akan selalu terjaga, dan dengan terjaganya stabilitas pendidikan nasional ini, maka bangsa Indonesia akan dengan mudah menjalin kolaborasi dengan bangsa-bangsa di dunia dalam upaya mewujudkan peradaban dunia yang lebih maju dan baik lagi.
Dengan program pendidikan multikultural berbasis REF ini, Indonesia pada akhirnya dapat menjadi poros pendidikan global yang akan berkolaborasi dengan bangsa-bangsa di dunia dalam menciptakan dan menjaga stabilitas pendidikan global, sehingga pada akhirnya pendidikan dapat dirasakan oleh seluruh bangsa di dunia.  

Metode Pembelajaran Pair Check

Metode Pembelajaran Pair Check - Pair check (pasangan mengecek) adalah metode pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Metode ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Metode Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian. 

pair check


Prinsip model pembelajaran Pair Cheks adalah sebagai berikut : 
  1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku 
  2. Salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan
  3. Pengecekan kebenaran jawaban 
  4. Bertukar peran
  5. Penyimpulan
  6. Evaluasi
  7. Refleksi.
Langkah-langkah melaksanakan metode pembelajaran Pair Check adalah sebagai berikut : 
  1. Bekerja Berpasangan, Guru membentuk tim  pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai. 
  2. Pelatih Mengecek, Apabila patner benar pelatih memberi kupon. 
  3. Bertukar Peran, Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3. 
  4. Pasangan Mengecek, Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban. 
  5. Penegasan Guru, Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran pair check adalah sebagai berikut :

Kelebihan
  1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
  2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
  3. Meningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
  4. Melatih berkomunikasi 
Kelemahan
  1. Memerlukan banyak waktu
  2. Memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih

Cara Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran yang Tepat

Cara Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran yang Tepat - Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 

strategi pembelajaran


Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama temen, simulasi karyawisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain.

Masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana memilih strategi pembelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan mempergunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian metode dapat di kembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya.

Metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode . Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dasar Pemilihan Strategi Pembelajaran : 

Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan.

  1. Tujuan Pembelajaran, Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa kita tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola. Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu. Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu: a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar. b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformnce siswa. c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar. Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).
  2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa, Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental. Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa. Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.
  3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. 47 Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan. Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa. Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya: a. Interaktif Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baikmental maupun intelektual.b. Inspiratif Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuatdan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar. c. Menyenangkan Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan. d. Menantang Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkanrasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencobaoba, berpikir intuitif atau bereksplorasi. e. Motivasi Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. 
  4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya. Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti Bidang Studi Biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang mereka hadapi. 
  5. Jumlah Siswa Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi. 49 Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24 orang Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi. 
  6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah 50 (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978). Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anakanak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.