Pendekatan Matematika Realistik - Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Hans Frudenthal
di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan
pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa,
menekankan ketrampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan
berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka
dapat menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari
‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk
menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok.
(Zulkardi, 2009)
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah
pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki
dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah
pendekatan yang menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu
konsep sebagai titik tolak dalam belajar matematika”. Matematika
Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya
mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika
merupakan aktifitas manusia.
Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi
informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada
situasi- situsi biasa yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang
dijadikannya titik awal pembelajaran pendekatan realistik atau Realistic
Mathematic Education(RME) juga diberi pengertian “cara mengajar dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelediki dan memahami konsep
matematika melalui suatu masalah dalam situasi yang nyata”. (Megawati,
2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa.
Realistic Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak pada hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi).
Teori ini
menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri(Student Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi(Teaching
Telling) dan pada akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk
menyeleseikan masalah baik secara individual ataupun kelompok.
Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang
fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir,
mengkomunikasikan argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta
melatih saling menghargai strategi atau pendapat orang lain.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah
pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada
pendidikan matematika.(Yuwono: 2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan
Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan
mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu
pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real
bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
Tujuan Pendekatan Realistik (RME) sebagai berikut:
- Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak
- Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
- Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
- Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.
- Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
Prinsip-Prinsip Pendekatan Realistik (RME)
Terdapat 5 prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
- Menggunakan konsep atau situasi.
- Menggunakan model : "model of" dan "model for"
- Menggunakan hasil pemikiran siswa sendiri.
- Interactivity.
- Intertwinning (saling mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya).
Gravemeijer(dalam Fitri. 2007: 10) menyebutkan tiga prinsip kunci dalam pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:
- Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya penyeleseian yang berbeda.
- Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika yang akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
- Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam memecahkan ‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.
Karakteristik Pendekatan Realistik (RME)
Menurut Grafemeijer (dalam fitri, 2007: 13) ada 5 karakteristik pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai berikut:
- Menggunakan masalah kontekstual, Masalah konsektual berfungsi sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana matematika yang digunakan dapat muncul. Bagaimana masalah matematika itu muncul(yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari).
- Menggunakan model atau jembatan, Perhatian diarahkan kepada pengembangan model, skema, dan simbolisasi dari pada hanya mentrasfer rumus. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih faham dan mengerti tentang pembelajaran aritmatika sosial.
- Menggunakan kontribusi siswa, Kontribusi yang besar pada saat proses belajar mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal ke arah metode yang lebih formal. Dalam kehidupan sehari- hari diharapkan siswa dapat membedakan pengunaan aritmatika sosial terutama pada jual beli. Contohnya: harga baju yang didiskon dengan harga baju yang tidak didiskon.
- Interaktivitas, Negosiasi secara eksplisit, intervensi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jembatan untuk menncapai strategi formal. Secara berkelompok siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian diminta mempresentasikan didepan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. Disini guru bertindak sebagai fasilitator.
- Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya(bersifat holistik), Aritmatika sosial tidak hanya terdapat pada pembelajaran matematika saja, tetapi juga terdapat pada pembelajaran yang lainnya, misalnya pada akutansi, ekonomi, dan kehidupan sehari- hari.
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan prinsip dan karakteristik PMR serta dengan memperhatikan
pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah disusun suatu
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMR yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
yaitu guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari-hari
kepada siswa dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut,serta
memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan masalah yang belum di
pahami. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah
karakteristik pertama yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai
titik tolak dalam pembelajaran, dan karakteristik keempat yaitu
interaksi
Langkah 2: Menjelaskan masalah kontekstual
jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan
petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada
bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami
Langkah 3 : Menyelesaikan masalah
Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek
matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi
pemecahan masalah. Selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah
dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya,
sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu
dengan yang lainnya. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan
terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah
tersebut. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini yaitu
karakteristik kedua menggunakan model
Langkah 4 : Membandingkan jawaban
Guru meminta siswa membentuk kelompok secara berpasangan dengan teman
sebangkunya, bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah
yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan
berdiskusi). Guru mengamati kegiatan yang dilakukan siswa, dan memberi
bantuan jika dibutuhkan.
Dipilih kelompok berpasangan, dengan pertimbangan efisiensi
waktu. Karena di sekolah tempat pelaksanaan ujicoba, menggunakan bangku
panjang. Sehingga kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak,
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembentukannya.Sedangkan kelompok berpasangan tidak membutuhkan waktu, karena siswa
telah duduk dalam tatanan kelompok berpasangan. Setelah diskusi
berpasangan dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk
menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya,
kemudian guru sebagai fasilitator dan modarator mengarahkan siswa
berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan
konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi).
Karakteristik PMR yang muncul yaitu interaksi
Langkah 5: Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari.
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi
antar siswa dengan guru.
- Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
- Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
- Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
- Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
- Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
- Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.
Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik,
Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
- Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
- Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
- Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.
0 Comment to "Pendekatan Matematika Realistik"
Post a Comment